Posted on Mei 2, 2011 by Diemas Dhamardjati
Upacara tingkepan disebut juga mitoni berasal dari kata pitu yang artinya tujuh, sehingga upacara mitoni dilakukan pada saat usia kehamilan tujuh bulan, dan pada kehamilan pertama.
Dalam pelaksanaan upacara tingkepan, ibu yang sedang hamil tujuh bulan dimandikan dengan air kembang setaman, disertai dengan mantra2 khusus.
Tata Cara Pelaksanaan upacara Tingkepan :
1. Siraman dilakukan oleh Baca lebih lanjut →
Filed under: Kejawen | Tagged: Kejawen, Mitoni, Siraman, Tingkepan, Tradisi, Upacara Adat | 1 Comment »
Posted on April 17, 2011 by Diemas Dhamardjati
R A M A Y A N A
|
Ramayana sebenarnya diambil dari ceritera yang benar-benar terjadi di daratan India. Saat itu daratan India dikalahkan oleh India Lautan yang juga disebut tanah Srilangka atau Langka, yang dalam pewayangan disebut Alengka. Tokoh Rama adalah pahlawan negeri India daratan, yang kemudian berhasil menghimpun kekuatan rakyat yang dilukiskan sebagai pasukan kera pimpinan Prabu Sugriwa. Sedang tanah yang direbut penguasa Alengka dilukiskan sebagai Dewi Sinta (dalam bahasa Sanskerta berarti tanah). Dalam penjajahan oleh negeri lain, umumnya segala peraturan negara dan budaya suatu bangsa akan mudah berganti dan berubah tatanan, yang digambarkan berupa kesucian Sinta yang diragukan diragukan.
|
Maka setelah Sinta dibebaskan, ia lantas pati obong, yang artinya Baca lebih lanjut →
Filed under: Kejawen, Serat Leluhur | Tagged: Kejawen, Kisah Ramayana, Mahabarata, Serat Kuno, Wayang Kulit | 2 Comments »
Posted on April 13, 2011 by Diemas Dhamardjati
DEWI SRI Bagi masyarakat agraris tradisional Jawa dijadikan symbol Dewi Padi. Dewi yang berhubungan erat dengan kesuburan, rejeki dan kesejahteraan. Dengan kepercayaan tersebut, pada rumah-rumah masyarakat tradisional Jawa disediakan ruang khusus untuk bersemayamnya Dewi Sri yang dinamakan Senthong.
Senthong adalah ruangan paling belakang yang terdiri dari tiga bagian yaitu : 1. Senthong kanan (patunggon) digunakan untuk kamar tidur bapak dan ibu pemilik rumah 2. Senthong kiri (lumbung) digunakan untuk menempatkan hasil bumi berupa padi dan palawija. 3. Senthong tengah atau Krobongan. Di senthong tengah ini diletakkan pasren atau pedaringan, yaitu tempat tidur lengkap yang ditata indah, dengan bahan kain bermotif cindhe. Pemilik rumah menggunakan ruangan ini untuk melakukan ritual doa, memohon kepada Tuhan agar Dewi Sri berkenan tinggal dan berbaring di pedaringan yang telah disediakan. Karena dengan bersemayamnya Dewi Sri atau Dewi Padi dipercaya bahwa keluarga yang bersangkutan senantiasa dilimpahi berkah rejeki sehingga hidupnya makmur sejahtera lahir batin. Baca lebih lanjut →
Filed under: Cerita Pewayangan, Foto Galeri, Kejawen | Tagged: Adat Istiadat Jawa, Dewi Sri, Gemahripah Loh Jinawi, Indonesia Negeri Agraris, Kejawen, Sungai Gangga, Tokoh Wayang, Tradisi Dan Budaya Jawa | Leave a comment »
Posted on Maret 31, 2011 by Diemas Dhamardjati
Tuhan adalah “Sangkan Paraning Dumadi“. IA adalah sang Sangkan sekaligus sang Paran, karena itu juga disebut Sang Hyang Sangkan Paran. Ia hanya satu, tanpa kembaran, dalam bahasa Jawa dikatakan Pangeran iku mung sajuga, tan kinembari . Orang Jawa biasa menyebut “Pangeran” artinya raja, sama dengan pengertian “Ida Ratu” di Bali. Masyarakat tradisional sering mengartikan “Pangeran” dengan “kirata basa”. Katanya pangeran berasal dari kata “pangengeran”, yang artinya “tempat bernaung atau berlindung”, yang di Bali disebut “sweca”.
Sedang wujudNYA tak tergambarkan, karena pikiran tak mampu mencapaiNYA dan kata kata tak dapat menerangkanNYA. Didefinisikan pun tidak mungkin, sebab kata-kata hanyalah produk pikiran hingga tak dapat digunakan untuk menggambarkan kebenaranNYA. Karena itu orang Jawa menyebutnya “tan kena kinaya ngapa” ( tak dapat disepertikan). Artinya sama dengan sebutan “Acintya” dalam ajaran Hindu. Terhadap Tuhan, manusia hanya bisa memberikan sebutan sehubungan dengan perananNYA. Karena itu kepada NYA diberikan banyak sebutan, misalnya: Baca lebih lanjut →
Filed under: Kejawen | Tagged: Ajaran Leluhur Jawa, Baghavad Gita, Curiga manjing warangka, Hindu Bali, Kejawen, Lingga Yoni, Meditasi, Sangkan Paraning Dumadi, Semedi, Suwung, Tat Wam Asi, Yoga | 10 Comments »
Posted on Maret 30, 2011 by Diemas Dhamardjati
Mohon maaf semoga ini menjadi perenungan dan pencerahan kepada diri sendiri terutamanya dan kepada yang lain bila berkenan…
Perkembangan kearah Kebenaran tidak akan pernah berhenti. Ibarat dian/senthir yang menyala,tidak akan padam,sekalipun dihembus angin kencang atau dilanda badai sekalipun,ia menyala dan terus menyala(tan mobah mosik kasindung riwut angin prahara).Menyala menerangi jagad raya sebagai penyuluh abadi setiap insan didalam kehidupannya(sumunar cahyaning dhiri hamadangi jagad).Arahnya sudah pasti yaitu Suyud tanpa pamrih kepada Kang Murbeng Dumadi.
Jalan Spiritual adalah cukup rumit dan berliku-liku,dengan banyak sekali jebakan-jebakannya yang tersebar diperbagai tempat perjalanan dan setiap saat mengintai hantu kesesatan.Olah karena itu manusia menyusun berbagai macam Kawruh yang diciptakan berdasarkan pengalaman pribadi yang diterapkan dengan kenyataan yang ada.Karena sifatnya sangat subyektif inilah timbul berbagai jalan,yang satu sama lain mungkin bisa ketemu dan mungkin tidak.Karenanya tidak jarang kalau pada suatu saat tertentu bisa terjadi pertentangan pendapat dimana masing2 pribadi memegang kebenarannya sendiri.
Hendaknya bagi orang yang Baca lebih lanjut →
Filed under: Kejawen, Renungan | Tagged: Ajaran Jawa, Jalan Kehidupan, Jiwa Yang Terlantar, Kaweruh Urip, Kejawen, Paguyuban Sumarah, Pencerahan Jiwa, Renungan, Sastra Jendra Hayuningrat Pangruating Diyu, Sumeleh dan Sumarah | 2 Comments »