• Bagikan Blog Ini


    FacebookTwitterMore...

  • Site Info

    SEO Stats powered by MyPagerank.Net



  • blog-indonesia.com


    Ping your blog, website, or RSS feed for Free

  • RSS Suara Merdeka

    • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

Ramayana

R A M A Y A N A

Ramayana sebenarnya diambil dari ceritera yang benar-benar terjadi di daratan India. Saat itu daratan India dikalahkan oleh India Lautan yang juga disebut tanah Srilangka atau Langka, yang dalam pewayangan disebut Alengka. Tokoh Rama adalah pahlawan negeri India daratan, yang kemudian berhasil menghimpun kekuatan rakyat yang dilukiskan sebagai pasukan kera pimpinan Prabu Sugriwa. Sedang tanah yang direbut penguasa Alengka dilukiskan sebagai Dewi Sinta (dalam bahasa Sanskerta berarti tanah). Dalam penjajahan oleh negeri lain, umumnya segala peraturan negara dan budaya suatu bangsa akan mudah berganti dan berubah tatanan, yang digambarkan berupa kesucian Sinta yang diragukan diragukan.

 Maka setelah Sinta dibebaskan, ia lantas pati obong, yang artinya Baca lebih lanjut

Nilai-nilai Pendidikan Moral dalam Serat Pedhalangan Ringgit Purwa Jilid I

Karya satra Jawa merupakan wujud kebudayaan yang dianggap sebagai benda hasil karya manusia. Dengan demikian, sastra dianggap sebagai perwujudan kehidupan manusia. Nilai-nilai pendidikan moral merupakan salah satu perwujudan dari kehidupan manusia tersebut dan dimanfaatkan sebagai bahan penulisan dalam karya sastra, yaitu naskah Serat Pedhalangan Ringgit Purwa I. Nilai-nilai pendidikan moral itu merupakan nilai-nilai dasar dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai dasar tersebut meliputi nilai-nilai kehidupan manusia secara horisontal, yaitu interaksi manusia dengan dirinya sendiri, dengan sesamanya dan dengan lingkungan yang ikut beperan dalam proses pendidikan.

Oleh karena itu nilai-nilai yang ada dalam naskah Serat Pedhalangan Ringgit Purwa I adalah nilai-nilai dasar yang tentunya masih relevan dengan dunia pendidikan moral masa kini. Nilai-nilai dasar dalam tatanan kehidupan manusia ini dapat ditularkan dari kelompok masyarakat satu ke kelompok masyarakat lain dan dapat diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya.

1) Deskripsi Kandungan Isi Naskah Serat Pedhalangan Ringgit Purwa I

a. Pendidikan moral yang berhubungan dengan kepribadian

Dalam naskah Serat Pedhalangan Ringgit Purwa I ada beberapa butir pendidikan. Pertama, pendidikan moral yang berhubungan dengan kepribadian yaitu pendidikan yang berhubungan dengan nilai-nilai kehidupan manusia yang bersifat pribadi atau Baca lebih lanjut

Serat Cebolek (antara islam ortodoks dan heterodoks)

SERAT CEBOLEK

Manutoken ing tepa palupi / meksa winatu mameng pustaka / ingkang jinejer kancane / kartasura rumuhun / wonten kojah kang dadya warti / ngulama tanah Jawa / duk ing Jawanipun / Jeng Sunan Pakubuwana / Purwa dadya rerasan ambabayani para ngulama.

Saliring sarasaning ngelmi / sangking takluk mring kodrat ngaradat / kang dadya wit partutane / sruka surak kasuwur / tanpa wekas tekad binangkit / temah cacad canacad / hajuwet acucut / pasisir wetan oteran / tanah Tuban Kaji Amad Mutamangkin / nadya lawaning kathah.
Baca lebih lanjut

Apitutur Pasemoning Ngelmu

Karya sastra merupakan hasil ekspresi imajinasi seseorang yang diungkapkan dalam bentuk-bentuk bahasa baik tertulis maupun lisan. Ungkapan-ungkapan tersebut disusun dalam rangka penyampaian amanat dari seorang pengarang sastra. Dalam kebudayaan jawa hal tersebut disebut sebagai ungkapan tradisional yang berupa paribasan, bebasan, saloka, pepindhan, isbat, dan sebagainya. Endraswara (2005: 21), menyatakan bahwa ungkapan tradisional jawa memiliki sifat-sifat: (1) menggunakan kalimat atau kata unik, (b) mengandung kebijaksanaan hidup, (c) menggambarkan tindakan manusia, (d) menggunakan kiasan.

Wujud ungkapan tradisional tersebut memuat kata-kata mutiara dan di dalamnya mengandung filosofi serta makna yang dalam. Seperti pada Baca lebih lanjut

Mantram Ruwatan Panjangmas

Punika Djantur Wa Kala Mur

 

Awighnam astu namas idem..

 

Kala awang-awang ana bumi langit, nanging Sang Hjang Wisesa ingkang kotjap sarta djumeneng samadi satengahing djagad. Sang Hjang Wisesa mireng swara kadi genta, sarta anon tigan, gumantung neng awang-awang, sinangga ngasta pinusti dadi telung prakara, saprakara dadi bumi langit, rong prakarane dadi tedja lan tjahja, katigane Manik Maja. Mangka Manik dadi papat. Mangka papat iku ming Batara Guru uger-ugere, kang pinangka gegentene Sang Hjang Wisesa, Winenang andadekake isining bumi, sarta Winesik saliring Wadi.

Mangka sasirnaning (samuksane) Sang Hjang Wisesa, Batara Guru akarja tetimbangan garwa wasta Dewi Uma, nunten ajoga para dewa 30 lan sarta sadjodone. Nunten bumi pisah lan akasa. Hjang Pramesti nunten amatah dewa nawa sanga amrih djedjeging bumi, sarta gunung Djamurdipa wus warata. Nunten Batara Guru ajasa kahjangan lan kaswargan, lan saisine. Mangka Sang Hjang Pramesti anjatekaken djenenging lanang lan wadon, lan garwa Dewi Uma, reta kerut tan ketadhahan, mila wonten Batara Kala Hjang Pramesti adeduka mring garwa Dewi Uma, mila wonten Batari Durga djodo lan Kala. Nunten Hjang Guru anitahaken redjaki Martjapada Mendang Kamulan. Mila Batara kala minggah mring Suralaya saputra garwa balane.

Iki Sampurnaning Pudja

Hong prajoganira Sang Hjang, Akasara lawan Pratiwi; midjil joganira Sang Hjang, agilang-gilang ing siti; binu aneng samodra, kumanang alembak-lembak; ana daging dudu daging, ana getih dudu getih; murub mangarab-arab; anekaken prabawa, ketug lindhu lan prahara; lesus agung aliweran, geter pater tanpa tara; murub ingkang Kala Rodra, gumesang aneng Triloka; Baca lebih lanjut