• Bagikan Blog Ini


    FacebookTwitterMore...

  • Site Info

    SEO Stats powered by MyPagerank.Net



  • blog-indonesia.com


    Ping your blog, website, or RSS feed for Free

  • RSS Suara Merdeka

    • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

Lakon Wahyu Sri Makutha Rama

Sebuah petuah penggalan dari sebuah cerita wayang dalam lakon wahyu Sri Makutha Rama, Ketika Sang Begawan Wibisana mewariskan kerajaan Singgela (Alengkadiraja) kepada putranya Prabu Bisawarna… sang Begawan meninggalkan petuah petuah sebagai berikut…

Sang Begawan Wibisana berkata sifat seorang penguasa haruslah bawaleksana berbudi, artinya “bawaleksana” adalah menepati setiap janji janji yang diucapkan, sebab sebuah janji kepada rakyat adalah sebuah janji yang di-ikrarkan kepada diri sendiri disertai saksi dari semua rakyat, maka sangat berat hukum nya bila tidak menepati janji tersebut.

Sedang arti dari “berbudi” adalah harus didasari 3 sifat, yaitu sifat jejeg e adil yaitu bisa bersifat adil dan dan tanpa membeda bedakan kepada siapa sebuah keadilan itu diberikan, bersifat gumelar e wasesa artinya dalam menjalan kan kekuasaan nya harus bersifat mengayomi/memberikan perlindungan kepada semua orang yang membutuhkannya tidak ada sifat yang membeda bedakan layaknya orang tua kepada putra putrinya sendiri, dan bersifat gedening panguwasa artinya harus mampu dengan kekuasaan nya memberikan hukuman pada yang bersalah dan memberikan penghargaan kepada semua yang layak atau patut mendapatkannya tanpa terpengaruh oleh apapun dan siapa pun disertai dengan alasan yang jelas, sebab tanpa sebuah alasan yang jelas, sebuah hukuman atau pun penghargaan tambah menimbulkana sebuah permasalahan.

Kemudia 5 hal wajib yang harus di lakukan sebagai seorang penguasa adalah Tata, titi, titis, tatak dan tutuk….. artinya adalah..

Tata

Bisa menata didalam dirinya dan diluar dirinya, artinya mengerti terhadap “tepa slira” menghargai kepada sesama hidup, sehingga bisa timbul sebuah persaan tenggang rasa dan bisa menata dengan semangat kebersamaan tanpa adanya sebuah tekanan dalam kebersamaan dan hal itu pula harus dilakukan kepada diri pribadi artinya kita sendiri wajib menaatti semua kesepakatan bersama… jangan terus kalo bikin kesepakatan kita sendiri mangkir dari kesepakan tersebut.

Titi

Artinya tidak bingun terhadap semua hal, tidak tetipu pada tipuan tipuan halus maupun kasar, tidak terhalangi pandangan oleh sebuah penyesatan penyesatan yang hanya menjerumuskan pada sebuah kesalahan kesalah…. Artinya harus benar benar pandai plus cerdas gitu hlo….

Titis

Bisa mengambil sebuah keputusan secara tepat dan benar, dengan pertimbangan yang sangat banyak dan jelas sebab musababnya, kenapa hal tersebut harus diambil keputusannya, sehingga mampu mempertanggung jawabkan kesemuanya dengan terang dan jelas.

Tatak

Artinya harus berani menghadapi segala resiko dan bertanggung jawab dengan lapang dada dan bener bener harus berani menerima segala konsekuen terhadap segala perbuatannya, segala keberaniannnya harus berdasarkan falsafah “suro sudiro jayaning kang rat, siuh brasto ulah cekaping darmastuti” yang artinya kekuatan kejahatan akan musnah dengan sebuah perilaku kebaikan yang terus menerus….

Tutuk

Bisa menyelesaikan segala tugas tugas yang dilimpahkan kepadanya, sebab apabila tugas atau tanggung jawab itu tidak terselesaikan pada batas waktunya segala perbuatan atau perilaku dalam merancang dan melakasankannya adalah sia sia belaka.

Kemudian pada akhir pesan dari Sang Begawan Wibisana kepada putra beliau, Sang Begawan berkata “Lamun sira angrumangsa aduweni, kudu mulat sarira angrasa wani” artinya “kalau kamu merasa memiliki, haruslah berbuat sebuah hal dengan semangat keberanian” dengan berbekal kepada yen wani aja wedi wedi, yen wedi aja wani wani, lamun wani aja ngisin ngisin ni artinya “kalau berani jangan takut takut, kalau takut jangan berani berani, kalau pun berani jangan sekali kali berbuat yang memalukan”

RaHayu…Cag

Tinggalkan komentar