• Bagikan Blog Ini


    FacebookTwitterMore...

  • Site Info

    SEO Stats powered by MyPagerank.Net



  • blog-indonesia.com


    Ping your blog, website, or RSS feed for Free

  • RSS Suara Merdeka

    • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

Berlayarlah Indonesiaku !!!

 

Berkibarlah Sang Saka Merah Putih

Indonesia itu tidak berani berlayar. Itulah yang selalu ada dalam pikiran saya. Padahal kapal sudah ada, lengkap dengan segala cadangan-cadangannya jika saja suatu saat kapal itu hendak karam atau ada barang satu atau dua komponen yang rusak. Indonesia itu punya semua! Angin sudah berhembus menuju samudera, layar sudah mengembang, sayang nahkoda dan awaknya tidak bersinergi dengan baik.

Mengapa gerangan ini terjadi? Tidak beranikah kau, Indonesia, melepas jangkarmu? Melepas tali tambatmu pada pulau-pulau penghasil buaian mimpi-mimpi semu pencipta kemalasan dan keegoisan? Awak itu sama dibodohinya dengan nahkodanya. Tidak juga disejahterakan, tidak juga didik dengan baik. Mungkin, awak itu tidak mengerti bagaimana cara melepas jangkar, atau bahkan juga tidak mengerti bagaimana mengembangkan layar? Atau bahkan, perlu jugakah diajari bagaimana melepas tali yang menambat kapal?

Indonesia, tali-talimu itu tertambat dimana-mana. Bukan hanya pada pulau-pulau penghasil mimpi semu saja, namun juga pada pulau-pulau penghasil ketenangan, pencipta modal kerja, pengeruk cadangan-cadangan yang seharusnya bisa kau gunakan untuk bekal berlayar, serta pulau-pualau lainnya. Tidakkah kau sanggup, Indonesia, untuk melepas tali-tali itu? Wahai nahkodaku! Ajarilah anak buahmu melepas tali-tali itu semua! Masih sampai kapan hendak kau tambatkan kapal ini di antara pulau-pulau sial penghasil kehancuran? Tidakkah kau tahu bahwa ombak masih akan lebih baik daripada pulau-pulau itu? Terjanglah ombak, kawan, bukan mendiamkan dirimu disana, tertambat diam terpaku mengharapkan sesuatu yang sebenarnya hampa.

Sadarlah, kawan! Kita ini sedang dibodohi, digerogoti sedikit demi sedikit sampai akhirnya orang-orang di pulau itu yang melepas talinya terhadap kapal kita. Mengapa? karena tiada lagi yang dapat mereka keruk, kawan. Maukah kau berlayar tanpa cadangan apapun? Bahkan tidak dengan sebatang kayu untuk menangkap ikan menjadi bekal untuk anak buahmu! Jangan dibodohi oleh pulau-pulau sial itu. habis dikeruk, habislah kita. mau berlayar dengan apa? Bermodal semangat di tengah samudera yang ganas? Suatu saat kita akan menyerah karena memang tidak ada lagi yang bisa mempertahankan kita.

Wahai nahkoda, jangan hanya bertingkah seperti mandor memandang anak buahmu seperti budak. Ingatlah, kita ini masih budak. Tali dan jangkar kita saja belum lepas dari bibir pantai pembuai penimbul kesenangan semu. Statusku dan statusmu itu tiada beda. Kita semua masih budak. Meski aku hanya anak buah kapal dan kau adalah nahkodanya. Tapi siapa yang mengendalikan kita? Manusia-manusia diluar sana! Manusia-manusia di pulau itu yang mengendalikan kita! lalu, apa beda kita dengan budak? Baiklah statusmu lebih tinggi di kapal ini, namun di mata orang lain tetaplah sama, kita itu masih budak, tidak lebih dan mungkin bisa menjadi lebih kurang.

Sejahterakan anak buahmu, didiklah mereka. Siapapun mereka. Kulit hitam kulit putih. Zaman kolonial itu tidak lagi menyelimuti Indonesia ini. tidak bisa kau tempatkan satu kelas lebih tinggi dari yang lainnya. semuanya itu sama dan tiada beda. Didiklah mereka agar kelak bisa melepas tali-tali itu, tali-tali yang menambat kapal ini untuk pergi ke samudera.

Takutkah kau ke samudera, nahkodaku? Kalau kau takut, lebih baik kau mundur. Masih ada ratusan juta orang yang siap menggantikanmu membawa Indonesia ini berlayar menuju samudera menantang derasnya arus dan ganasnya ombak.

Indonesiaku, Indonesiaku. Cepatlah kau berlayar sebelum semua cadangan-cadanganmu itu habis. Lepaskanlah tali-tali yang menambatmu itu. bangunlah nahkodaku! Bangunlah saudara-saudaraku! Kita ini masih terbuai kenikmatan dari orang-orang di pulau-pulau sial sana. Mari ciptakan kesenangan kita sendiri. kesenangan dalam menerjang samudera yang ganas, bertahan hidup, menciptakan sesuatu yang lebih baik untuk Indonesia ini. kapal ini tidak akan tenggelam, kawan, selagi kita bersama-sama diberikan perbekalan yang cukup. Pendidikan, sumber daya, dan lain sebagainya. cepatlah nahkodaku, bangun itu semua. Kita harus segera berlayar menantang kehidupan yang lebih ganas, menemukan pulau yang terbaik untuk menambatkan Indonesia ini, sebuah pulau bernama kesejahteraan.

 

MERDEKA ! MERDEKA ! MERDEKA !

Tinggalkan komentar