• Bagikan Blog Ini


    FacebookTwitterMore...

  • Site Info

    SEO Stats powered by MyPagerank.Net



  • blog-indonesia.com


    Ping your blog, website, or RSS feed for Free

  • RSS Suara Merdeka

    • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

Nilai-nilai Pendidikan Moral dalam Serat Pedhalangan Ringgit Purwa Jilid I

Karya satra Jawa merupakan wujud kebudayaan yang dianggap sebagai benda hasil karya manusia. Dengan demikian, sastra dianggap sebagai perwujudan kehidupan manusia. Nilai-nilai pendidikan moral merupakan salah satu perwujudan dari kehidupan manusia tersebut dan dimanfaatkan sebagai bahan penulisan dalam karya sastra, yaitu naskah Serat Pedhalangan Ringgit Purwa I. Nilai-nilai pendidikan moral itu merupakan nilai-nilai dasar dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai dasar tersebut meliputi nilai-nilai kehidupan manusia secara horisontal, yaitu interaksi manusia dengan dirinya sendiri, dengan sesamanya dan dengan lingkungan yang ikut beperan dalam proses pendidikan.

Oleh karena itu nilai-nilai yang ada dalam naskah Serat Pedhalangan Ringgit Purwa I adalah nilai-nilai dasar yang tentunya masih relevan dengan dunia pendidikan moral masa kini. Nilai-nilai dasar dalam tatanan kehidupan manusia ini dapat ditularkan dari kelompok masyarakat satu ke kelompok masyarakat lain dan dapat diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya.

1) Deskripsi Kandungan Isi Naskah Serat Pedhalangan Ringgit Purwa I

a. Pendidikan moral yang berhubungan dengan kepribadian

Dalam naskah Serat Pedhalangan Ringgit Purwa I ada beberapa butir pendidikan. Pertama, pendidikan moral yang berhubungan dengan kepribadian yaitu pendidikan yang berhubungan dengan nilai-nilai kehidupan manusia yang bersifat pribadi atau yang ada dalam diri manusia itu sendiri. Hal ini ditunjukkan dalam acuan data berikut ini.

Sareng dipun celaki katingal purusipun lajeng merang. Peksi kakalih tuwin sawer sadaya sampun sami marak kang ibu, sareng sumerep kang ibu Dewi Ngruni kalingseman, sawer alit-alit sami nyakoti peksi kakalih wau, nanging sawer kathah ingkang pejah dipun cucuki, ingkang ibu Dewi Ngruni duka,…

Terjemahan:

Setelah didekati terlihat kemaluannya, kemudian marah. Kedua burung dan ular semuanya mendekati ibunya, setelah tahu ibu Dewi Ngruni dibohongi, ular kecil-kecil menggigit kedua burung itu, tapi ular banyak yang mati karena dicucuki, yang kemudian ibu Dewi Ngruni marah,…

Acuan data diatas menunjukkan adanya penekanan butir pendidikan moral yang berhubungan dengan kepribadian. Kepribadian ini mencakup perbuatan atau tingkah laku manusia dalam tindakannya yang didorong oleh akal budi yang menghasilkan perbuatan baik dan buruk. Pada umumnya manusia mempunyai pengetahuan akan adanya baik dan buruk. Sedangkan pengakuan manusia mengenai baik dan buruk itu merupakan kesadaran moral seseorang.

b. Pendidikan moral yang berhubungan dengan etika

Dalam subbab ini ada butir pendidikan yang kedua, adalah pendidikan moral yang berhubungan dengan etika, yaitu pendidikan yang berhubungan dengan nilai-nilai kehidupan manusia yang mencakup tata krama, budi pekerti, sopan santun dan sebagainya. Hal itu ditunjukkan dalam acuan data sebagai berikut :

Dewi Uma, pinarak para widadari, angentosi kondorira Sang Hyang Girinata, dereng dangu Sang Hyang Girinata kondur, ingkang garwaa methuk ing jawi wiwara, lajeng lenggah satata, ngendikaken kawontenanipun ing Poncowati.

Terjemhan:

Dewi Uma, mempersilahkan duduk kepada para bidadari, menunggu kepulangan Sang Hyang Girinata, belum lama Sang Hyang Girinata pulang, istrinya menjemput diluar pintu, kemudian duduk secara tertata rapi, membicarakan keberadaannya di Poncowati.

Acuan data diatas menunjukkan adanya penekanan butir pendidikan moral yang berhubungan dengan etika. Etika menerangkan apa yang seharusnya dan semestinya dilakukan manusia terhadap orang lain. Etika ini menganjurkan kepada manusia agar dirinya bersedia bertindak rendah hati kepada sesama hidup, hormat kepada yang lebih tua, dan mengasihi kepada yang lebih muda.

c. Pendidikan moral yang berhubungan dengan kepemimpinan

Dalam serat ini, butir pendidikan yang ketiga adalah pendidikan moral yang berhubungan dengan kepemimpinan, yaitu pendidikan yang berhubungan dengan kepemimpinan seorang raja dengan prajuritnya. Hal ini dapat ditunjukkan dalam acuan data sebagai berikut.

Ing Bale marcukundha, Sang Hyang Narada, Sang Hyang Brahma, Sang Hyang Sriyana, tuwin Sang Hyang Patuk Tamboro, para jawata pepak mungging ngarsa, ingkang rinembag : siyaga ing damel para jawata ingkang sapalih tengga Kahyangan ingkang sapalih bidhal dhateng Repat Kapanasan.

Terjemahan:

Di Bale marcukundha, Sang Hyang Narada, Sang Hyang Brahma, Sang Hyang Sriyana, dan Sang Hyang Patuk Tamboro, para prajurit lengkap berada didepan, yang memusyawarahkan: mempersiapkan para prajurit yang separuh menunggu kahyangan yang separuh pergi ke Repat Kapanasan.

Seorang pemimpin harus memiliki bekal pengetahuan secara lahir dan batin, yaitu apabila seorang pemimpin atau raja membuat peraturan dapat diterima oleh pengikutnya atau prajurit. Dengan demikian mereka akan taat dan mematuhinya. Seorang pemimpin juga wajib membuat peraturan yang sesuai dengan perikemanusiaan. Artinya, peraturan yang dibuat tidak memberatkan rakyatnya dan diberlakukan sama untuk setiap rakyatnya.

2) Relevansi Isi Naskah Serat Pedhalangan Ringgit Purwa I terhadap Pendidikan Moral

Berdasarkan tiga butir nilai pendidikan moral yang ada dalam kandungan isi naskah Serat Pedhalangan Ringgit Purwa I yaitu:

1. pendidikan moral yang berhubungan dengan kepribadian,

2. pendidikan moral yang berhubungan dengan etika, dan

3. pendidikan moral yang berhungan dengan kepemimpinan,

relevansinya dengan dunia pendidikan adalah sebagai berikut.

Pertama, manusia sebagai makhluk individu mempunyai kepribadian masing-masing. Ada yang memiliki kepribadian baik dan buruk. Pada acuan data yang menunjukkan pendidikan moral yang berhubungan dengan kepribadian, bertujuan memberikan nasihat kepada semua orang agar dalam melakukan tindakan tidak menggunakan emosi dan kebohongan belaka. Tetapi tindakan itu harus sesuaia dengan kebenarannya. Nasihat ini juga dapat dimanfaatkan dan dilaksanakan atau digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin hal ini dapat melatih kita untuk lebih bersabar dalam menghadapi permasalahan dan dapat melatih kita untuk berbuat jujur.

Kedua, pada acuan data tentang pendidikan moral yang berhubungan dengan etika memberi ajaran pada manusia agar dalam bertindak masih menggunakan etika. Karena manusia yang mempunyai etika, berarti manusia itu juga mempunyai budi pekerti, tata krama dan lain sebagainya yang dapat menjadi tolok ukur pada kehidupannya dalam melakukan tindakan. Etika ini baik untuk dimiliki seseorang dan dapat memberikan anjuran kepada manusia agar bersedia untuk bertindak rendah hati kepada sesamanya.

Ketiga, memberikan bekal kepemimpinan kekurangan dan kelebihan pemimpin, membentuk kepercayaan prajuritnya, membuat peraturan yang sesuai dengan kemanusiaan dan dapat membuat ketaatan kepada rakyatnya. Seorang pemimpin harus dapat memimpin dengan adil dan bijaksana, sehingga dapat mewujudkan ketentraman dan kedamaian. Tetapi apabila kewajiban seorang pemimpin tidak diupayakan maka akan mengalami kesengsaraan. Hal ini dapat diibaratkan seperti dalam keadaan berperang, jika kalah akan mendapatkan malu. Oleh karena itu pada acuan data yang ketiga ini menunjukkan suatu strategi yang digunakan pemimpin untuk mencapai keberhasilan atau kemenangan dalam berperang…

 

Semoga bermanfaat…Rahayu

2 Tanggapan

  1. Selamat malam. Makasih atas infonya.

  2. Terimakasih Juga Telah Berkenan Membaca…Semoga menjadi pembelajaran bagi kita semua…

Tinggalkan komentar