• Bagikan Blog Ini


    FacebookTwitterMore...

  • Site Info

    SEO Stats powered by MyPagerank.Net



  • blog-indonesia.com


    Ping your blog, website, or RSS feed for Free

  • RSS Suara Merdeka

    • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

Jangka

“Kemambange watu ireng, Sileme Prahu gabus” (*

Deg!
Terasa ada hentakan lembut nan tegas dalam dada ini
Sikapi untaian kisah kabar dari jauh
Tentang hidup dan masa terentang
Ukuran waktu yang jadi penanda
Tetenger hidup dari rangkaian kata
Yang tercipta begitu rupa
Dari jiwa-jiwa istimewa

Jangka, itulah namanya

Dia bukan rumus kimia
Bukan pula matematika
Namun rumus ukuran berhidup berdasar torehan mantra kata
Tersurat begitu saja, mengalir begitu rupa
Teragungkan laksana syair pujangga
Menggulung waktunya perlahan, satu-satu
Beriring dengan aliran hidup seadanya
Berbaur menyatu menjiwa tak berbantah
Menjadi tak terpisah, serupa banyangan tubuh

Jangka, itulah ukuran waktu

Menjengkali tiap laku dan waktu
melipat yang mesti berlalu dan mematrinya menjadi prasasti batu
Harus dibaca dengan pelan dan kesungguhan pemahaman dan kesadaran
Demi aksara bertuah tak teringkari
Lantaran bukan sekedar kisah dinasti
Namun rentang waktu yang tak bisa berdamai dan dikhianati

Jangka, ketika terurai, waktunya kan semakin tergerai

Berkemaslah, jangan hanya tergugu bisu
Sebelum kita benar-benar menjadi batu

Jangka,
Mengikuti pergerakan waktu
Mantranya tergulung satu-satu
Kita tinggal berhitung hingga untung

Ndi Bak: ndi sing perlu di sibak, setiap TABIR pasti TERSIBAK!
SUWUNG ning SAWANG itulah SUNGSANG.
jk hanya main tumpuan hanya pd Rasa saja jelas timpang Rasi-Yo mati,
Akal – Kala Caraka – Caraka Balik .
Manungsa tak hanya manunggaling Rasa saja sedang KEUTUHAN KESEMESTAAN ada dalam diri Manungsa!

Kuwung-kuwung nu melengkung / cahayana lir emas sinangling / katingalna warna-warna / Cahaya gilang gumilang / Henteu bosen nu ningali / Lenglang taya aling-aling / Lenglang taya aling-aling / Warna paul anu lucu / Hejona pon kitu deui / Beureum koneng cahayana / Lir emas anyar disanggih / Lamun dicipta ku rasa / matak katarik birahi / Cahya sa bumi alam / ting gurilap cahyana / Numutkeun ku saur sepuh / Wangsitna seuweu siwi / baheula dumugi ka kiwari / yen aya sasakala.

Tinggalkan komentar