• Bagikan Blog Ini


    FacebookTwitterMore...

  • Site Info

    SEO Stats powered by MyPagerank.Net



  • blog-indonesia.com


    Ping your blog, website, or RSS feed for Free

  • RSS Suara Merdeka

    • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

Ciri-ciri Jiwa Yang Sakit….?!!

Bila ada satu pertanyaan, apakah gerangan HIPNOSIS TERBESAR di jagad raya ini? Hipnosis merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu hypnos. Dalam mitologi Yunani, Hypnos adalah dewa tidur. Dia memiliki saudara kembar yang bernama Thanatos yang berarti kematian. Ibu Hypnos adalah dewi Nyx yang berarti malam. Sederhananya, hipnosis adalah kondisi peralihan kesadaran yang ditandai dengan meningkatnya kemudahan menerima sugesti.
Lalu pertanyaannya menjadi, SUGESTI TERBESAR APAKAH yang bisa dilakukan kepada manusia? Jawabnya adalah AGAMA. Agama adalah hipnosis terbesar di jagad raya ini, sebab Agama telah mampu menyihir (baca : menidurkan) manusia dari kesadaran empiric menjadi kesadaran mistik. Ciri-ciri seseorang yang telah terhipnosis oleh daya magic agama adalah dia tidak mampu membedakan antara REALITAS dengan ABSURDITAS.
Setiap hari manusia beramai-ramai “menyembah” dan memuji tuhan. Jika ia tidak melakukannya akan merasa bersalah, berdosa dan gelisah. Karena pengaruh hipnosis yang telah bekerja pada syaraf otaknya dari sejak tingkat TK sampai dengan mahasiswa bahkan sampai mati, mengatakan bahwa “Sembahlah Tuhanmu!!” maka ketika tuhan tidak disembah akan menimbulkan berbagai “ancaman dan tekanan psikologis”, yang menimbulkan “rasa takut”. Ini namanya kesadaran “absurditas”.
REALITASNYA : Benarkah tuhan perlu disembah? Ayo silakan bagi yang ahli agama memberikan jawaban. Sekali lagi saya bicara “realitasnya” bukan berdasarkan “keyakinannya”. Analoginya adalah, misalnya seseorang “berkeyakinan” bahwa di bulan “terdapat tumbuhan”.
REALITASNYA : Benarkah di bulan terdapat tumbuhan? jika setelah dibuktikan ternyata di bulan tidak ada tumbuhan, maka otomatis keyakinan seseorang yang mengatakan bahwa “di bulan ada tumbuhan” merupakan “keyakinan yang sesat/keyakinan yang salah”.
Menurut saya “kebenaran keyakinan” semudah dan sesimpel itu, tidak perlu kesana kemari gembar-gembor, yang membuat ribet, rumit dan seakan-akan sakral itu sesungguhnya hanyalah akal-akalan para pemimpin agama karena ada motif tertentu, bisa karena motif kekuasaan, motif ekonomi dan motif-motif tersembunyi lainnya.
Anda mungkin saja salah satu korban hipnosis agama, dan harap diingat korban agama tidak pernah menyadari bahwa dirinya telah menjadi korban. Siapakah yang bisa menjadi korban agama? siapa pun bisa menjadi korban, tidak peduli apakah ia seorang Prof Dr Ma atau cuma sekadar pemulung yang sama sekali tak berpendidikan.
Korban agama juga bisa menimpa golongan kelas elite dengan status sosial yang tinggi maupun menimpa golongan proletariat/kaum kere. Mengapa banyak manusia yang menjadi korban agama? sebab “racun agama” bersifat “adiktif/membuat ketergantungan” karena begitu nikmat dan memikat baik untuk anak kecil maupun lebih-lebih untuk orang dewasa. Mengapa racun agama begitu memikat dan nikmat? karena racun agama bisa menjadikan seseorang menjadi rileks, penuh harapan, optimistis, melayang (mabok) dan secara psikologis bisa menjadi tempat untuk melepaskan beban/suaka jiwa (exonerate). Racun agama begitu “mengagumkan” tetapi di sisi lain “sangat menyeramkan” karena dapat menyebabkan jiwa seseorang menjadi “sangat baik” dan bisa juga menjadikan seseorang “sangat buruk” disertai rasa takut yang luar biasa.
Antara kekaguman dan ketakutan yang telah “menyatu/bersenyawa” dalam jiwa seseorang, bisa melahirkan ledakan tindakan yang tak terkontrol berupa perbuatan-perbuatan “destruktif” atau penghancuran terhadap pihak lain yang dianggap sebagai penghalang bagi keyakinannya (baca : kenikmatannya). Mereka menampilkan diri sebagai “penyelamat umat” seperti yang telah diyakininya, meskipun cara penyelamatannya kadang justru bertentangan dengan “prinsisp penyelamatan”. Prinsip keselamatan haruslah disertai rasa kasih-sayang yang dilambari dengan pengetahuan yang benar dan tulus-ikhlas. Sebab, kasih sayang saja tanpa disertai pengetahuan yang benar justru bisa memakan banyak korban.
Bagaimana cara menangkal “racun agama”? Saya rasa, racun agama “tidak perlu ditangkal” biarkanlah racun itu tetap bekerja menggerayangi pikiran manusia sepanjang pengaruh racun agama itu bisa menjadikan seseorang menjadi lebih “nyaman” dan yang paling penting bisa menjadikan lebih baik prilakunya/perbuatannya.
Yang perlu ditangkal adalah apabila racun agama itu ternyata membuat seseorang menjadi “extreme” dengan kecenderungan “menyerang” dan menghancurkan terhadap orang lain yang tidak sependapat dengan keyakinannya.
Sepanjang sejarah, yang namanya agama, tuhan, surga, neraka, malaikat, setan, iblis dan yang gaib-gaib lainnya memang menjadi komoditas yang sangat mengasyikkan untuk diceritakan dan ditanamkan sebagai “jalan hidup/way of life” terutama untuk masyarakat yang lebih banyak menggunakan nalar mistik dari pada nalar empiric.
Demikianlah, racun agama akan terus dihipnosiskan (disebarkan) kepada umat manusia, karena di sana banyak keuntungan yang bisa diperoleh bagi para pemimpin hypnotik, dan mereka bisa membagi-bagikan “rasa takut” itu kepada banyak orang. Prinsipnya, makin banyak orang yang takut maka semakin “muluslah” racun itu bekerja.
Masyarakat yang bodoh akan selamanya dibodohi oleh sihir agama. Racun agama bekerja “sangat halus” karena dia menyelusup (penetrasi) melalui pikiran yang diolah melalui “perasaan”. Mengapa disebut racun? Sebab pengaruh agama bisa menyebakan orang waras menjadi sakit jiwanya, walaupun dia tidak pernah menyadarinya/merasakannya. Bagaimana ciri-ciri jiwa yang sakit? Dia tidak bisa membedakan antara yang “sesungguhnya terjadi” dan yang “sesungguhnya hanya angan-angan”. Maka, akhirnya dia mengira bahwa angan-angannya sebagai sebuah fakta/kebenaran. Inilah sebagian ciri-ciri dari jiwa yang sakit.

Tinggalkan komentar