• Bagikan Blog Ini


    FacebookTwitterMore...

  • Site Info

    SEO Stats powered by MyPagerank.Net



  • blog-indonesia.com


    Ping your blog, website, or RSS feed for Free

  • RSS Suara Merdeka

    • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

Jika Ingin Mengecam, Kecamlah Sekularisme dan Partai Berideologi Agama Bersamaan

Kebebasan berpendapat

Semenjak demokrasi bergulir pada sekitar 12 tahun yang lalu, satu hal fundamental yang paling banyak mendapat apresiasi adalah perihal kebebasan berpendapat. Zaman orde bari dinilai tidak lagi layak untuk memimpin Indonesia. Masyarakat membutuhkan sebuah kebebasan dalam berpendapat, yang diikuti juga dengan kebebasan pers sehingga pers tidak lagi menjadi kaki tangan pemerintah.

Kebebasan berpendapat sebagai hasil dari demokrasi ini membawa suatu dampak positif, yakni apresiasi masyarakat yang lebih tertampung dan keterjaminan mereka dalam mengungkapan pendapat. Namun di sisi lain, ada juga sisi negatif yang dimunculkan dari kebebasan berpendapat ini, yakni munculnya wacana-wacana yang sebelumnya tidak pernah dikenal karena hal tersebut dinilai sebagai perwujudan dari suatu kebebasan berpendapat. Oleh karena itu, mereka yang menganut paham sekularisme ataupun berideologi dengan agama tertentu merupakan perwujudan nyata bagaimana suatu kebebasan berpendapat dan berpikir itu telah dijamin.

Bertentangan dengan Pancasila

Namun sayangnya, yang seringkali terjadi adalah ketidakadilan kita terhadap pemikiran-pemikiran yang mereka anut. Di satu sisi kita mengecam sekularisme, namun di sisi lain kita mendukung partai berideologi agama atau sebaliknya. Kita menganggap bahwa sebenarnya dibalik semua itu ada yang lebih benar, entah itu menjadikan Indonesia sebagai negara sekuler atau menjadikan Indonesia sebagai negara agama.

Sebenarnya, yang perlu digarisbawahi dalam permasalahan ini adalah bagaimana kita menyikapi hal tersebut dari sudut pandang dasar negara yang sudah kita miliki, yakni Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Hanya dengan melihat dari kedua dasar itu saja maka kita akan berpijak pada sesuatu yang objektif.

Pertama, penting bagi kita untuk melihat sila pertama dalam Pancasila, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Paccasila sama sekali tidak menerapkan prnsip sekularisme, akibatnya permasalahan mengenai agama dapat dengan mudah diperbincangkan di ruang publik. Hal inilah yang kemudian sering menimbulkan gesekan-gesekan jika masing-masing umat tidak bisa mengembangkan sikap toleransi.

Oleh karena itulah maka ada orang yang menganggap bahwa sekularisme itu lebih baik untuk Indonesia. Mereka menilai bahwa perbincangan agama dalam ranah publik akan sangat rentan menimbulkan perpecahan dan karena itu agama harus ditempatkan pada ruang privat terutama untuk di Indonesia, dimana gesekan-gesekan antarumat beragama masih sering terjadi.

Dalam hal ini, sebenarnya sekularisme bertentangan dengan Pancasila. Bukan masalah mereka mengakui adanya Tuhan atau tidak, namun masalah pada penempatan agama. Jika dalam Pancasila agama bisa berada pada ranah publik, maka pada sekularisme agama harus berada pada ruang privat, bebas dari intervensi siapapun termasuk pemerintah sendiri.

Kedua, penting juga bagi kita untuk melihat Bhinneka Tunggal Ika sebagai dasar negara Indonesia yang plural. Makna yang sangat mendalam pada dasar ini sudah sangat jelas, yakni meskipun kita berbeda-beda, namun kita tetap satu. Artinya adalah Indonesia sangat menghargai keragaman, menjunjung tinggi keberagaman dan tidak menjadikan satu hal lebih tinggi dari yang lainnya.

Selanjutnya, jika kita melihat partai berideologi agama, sebenarnya mereka juga memiliki kesalahan. Pertama, karena ideologi mereka didasarkan pada agama dan bukan Pancasila. Hal ini menyebabkan adanya penyimpangan dari dasar-dasar negara yang sudah ditetapkan sebelumnya. Ditengah Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sudah menjadi prinsip dasar yang dijunjung tinggi, harus muncul wacana baru pembentukkan negara dengan sebuah ideologi agama.

Kesalahan kedua yakni tidak menyamaratakan kedudukan keberagaman. Jika salah satu agama dijadikan ideologi di Indonesia, maka agama itu pastinya memiliki kedudukan yang lebih daripada agama-agama lainnya. Meskipun bisa dikatakan bahwa setiap agama menjunjung pluralitas, namun dengan ditempatkannya satu agama dalam sistem pemerintahan, hal itu berarti pendikriminasian terhadap agama-agama lainnya dan mengancan keberagaman, yakni dalam hal ini kesetaraan dalam hal-hal yang membuat Indonesia beragam tersebut.

Dari pemaparan di atas, nampak jelas bahwa sebenarnya sekularisme dan partai berideologi agama itu memiliki pijakan yang berbeda dari dasar negara yang sudah ditetapkan. Lalu, mengapa banyak dari kita yang mengecam sekularisme saja, apalagi sampai ada yang mengaitkannya dengan atheis?

Menurut hemat penulis, jika kita ingin mengecam yang satu, kecamlah juga yang lain. Hal ini disebabkan karena kedua pemikiran mereka bertentangan dengan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Namun, di sisi lain, jika kita ingin menghargai yang satu, maka hargailah juga yang lain sebagai bentuk penghargaan atas adanya kebebasan berpendapat. Sebenarnya, akan menjadi tidak imbang jika kita hanya mengecam yang satu dan membela yang lain, karena hal itu sama saja yakni menyangkal dasar negara kita sendiri, Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.

 

Merdeka !!!

Tinggalkan komentar